Kamis, 22 Oktober 2015

Tinjauan Pustaka Keseimbangan Lini

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1       Pengertian Keseimbangan Lini
            Keseimbangan lini merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya work station dan meminimumkan total harga idle time pada semua stasiun untuk tingkat output tertentu, yang dalam penyeimbangan tugas ini, kebutuhan waktu atau unit produk yang dispesifikasikan untuk setiap tugas dan hubungan sekuensial harus dipertimbangkan. Dapat pula dikatakan bahwa keseimbangan lini sebagai suatu teknik untuk menentukan product mix yang dapat dijalankan oleh suatu assembly line untuk memberikan fairly consistent flow of work melalui assembly line itu pada tingkat yang direncanakan.
Lintasan produksi merupakan suatu urutan proses pengerjaan yang diperlukan untuk memproduksi suatu barang atau jasa. Suatu lintasan produksi, jumlah total kerja yang dilakukan pada lintasan harus dipecahkan ke dalam elemen-elemen kerja yang ditetapkan pada stasiun kerja sehingga kerja dapat dilakukan pada sebuah rangkaian fleksibel atau dapat dilakukan dengan mudah.
Assembly line merupakan bagian dari lini produksi yang berupa perakitan material dimana materialnya beragerak kontinyu dengan rata-rata laju kedatangan material berdistribusi seragam melewati stasiun kerja dan bertujuan merakit material menjadi sub assembly untuk kemudian menjadi sebuah produk jadi atau dengan pengertian yang lain adalah sekelompok orang dan mesin yang melakukan tugas-tugas sekuensial dalam merakit suatu produk. Dalam lini perakitan terdapat dua masalah pokok yaitu penyeimbangan stasiun kerja dan penyeimbangan lini perakitan agar dapat beroperasi secara kontinyu.
Pemecahkan masalah diatas digunakanlah metode keseimbangan lini untuk memperoleh suatu arus produksi yang lancar dalam rangka memperoleh utilitas yang tinggi atas fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan melalui penyeimbangan waktu kerja antar work station, dimana setiap elemen tugas dalam suatu kegiatan produk dikelompokkan sedemikian rupa dalam beberapa stasiun kerja yang telah ditentukan sehingga diperoleh keseimbangan waktu kerja yang baik dan mengurangi idlle time. Idle time itu sendiri adalah waktu dimana operator atau sumber-sumber daya seperti mesin, tidak menghasilkan produk karena set up, perawatan (maintenance), kekurangan material, kekurangan perawatan, atau tidak dijadwalkan.

2.2       Tujuan Keseimbangan Lini
            Tujuan keseimbangan lini adalah untuk memperoleh suatu arus produksi yang lancar dalam rangka memperoleh utilisasi yang tinggi atas fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan melalui penyeimbangan waktu kerja antar work station, dimana setiap elemen tugas dalam suatu kegiatan produk dikelompokkan sedemikian rupa dalam beberapa stasiun kerja yang telah ditentukan sehingga diperoleh keseimbangan waktu kerja yang baik. Permulaan munculnya persoalan keseimbangan lini berasal dari ketidak seimbangan lintasan produksi yang berupa adanya work in process pada beberapa workstation, sedangkan tujuan dari lintasan produksi yang seimbang adalah sebagai berikut.
1.  Menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada setiap workstation sehingga setiap workstation selesai pada waktu yang seimbang dan mencegah terjadinya bottle neck (bottle neck adalah suatu operasi yang membatasi output dan frekuensi produksi).
2.        Menjaga agar pelintasan perakitan tetap lancar dan berlangsung terus menerus.
3.        Meningkatkan efisiensi atau produktifitas.
Prosedur keseimbangan lini bertujuan untuk meminimalkan harga balance delay dari lintasan untuk nilai waktu siklus yang ditetapkan. Jumlah ini diharapkan akan bisa pula meminimalkan jumlah stasiun kerja. Prosedur dasar yang dilaksanakan adalah dengan menambahkan elemen-elemen aktivitas dengan setiap stasiun kerja sampai jumlahnya mendekati sama, tetapi tidak melebihi harga waktu siklus. Biasanya akan dijumpai hambatan-hambatan dari elemen-elemen aktivitas yang ditempatkan dalam suatu stasiun kerja. Untuk itu yang terpenting ialah tetap memperhatikan the precedence constsraint. Precedence constraint (atau bisa diistilahkan dengan ketentuan hubungan suatu aktivitas untuk mendahului aktivitas lain) bisa digambarkan dalam bentuk precedence diagram, dimana secara sederhana diagram ini akan bisa dimanfaatkan sebagai prosedur dasar untuk mengalokasikan elemen-elemen aktivitas.

2.3       Permasalahan dan Pemecahan Masalah Keseimbangan Lini
Dua permasalahan penting dalam penyeimbangan lini, yaitu penyeimbangan antara stasiun kerja (work station) dan menjaga kelangsungan produksi di dalam lini perakitan. Adapun tanda-tanda ketidakseimbangan pada suatu lintasan produksi, yaitu:
1.        Stasiun kerja yang sibuk dan waktu menganggur yang mencolok.
2.        Adanya produk setengah jadi pada beberapa stasiun kerja.
Terdapat 10 langkah pemecahan masalah keseimbangan lini. Kesepuluh langkah pemecahan masalah keseimbangan lini adalah sebagai berikut.
1.        Mengidentifikasi tugas-tugas individual atau aktivitas yang akan dilakukan.
2.        Menentukan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap tugas itu.
3.        Menetapkan precedence constraints, jika ada yang berkaitan dengan setiap tugas.
4.        Menentukan output dari assembly line yang dibutuhkan.
5.        Menentukan waktu total yang tersedia untuk memproduksi output.
6.   Menghitung cycle time yang dibutuhkan, misalnya waktu diantara penyelesaian produk yang dibutuhkan untuk penyelesaian output yang diinginkan dalam batas toleransi dari waktu (batas waktu yang diizinkan).
7.        Memberikan tugas-tugas pada pekerja dan/ atau mesin.
8.  Menetapkan minimum banyaknya stasiun kerja (work stations) yang dibutuhkan untuk memproduksi output yang diinginkan.
9.        Menilai efektivitas dan efisiensi dari solusi.
10.   Mencari terobosan-terobosan untuk untuk perbaikan proses terus-menerus (continuous process improvement ).
Permasalahan keseimbangan lini dapat diselesaikan dengan beberapa metode. Metode-metode yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah dalam keseimbangan lini, yaitu:
1.        Metode heuristik
Metode yang berdasarkan pengalaman, intuisi atau aturan-aturan empiris untuk memperoleh solusi yang lebih baik daripada solusi yang telah dicapai sebelumnya. Metode-metode heuristik yang digunakan untuk pemecahan masalah keseimbangan lini, yaitu:
a.    Ranked Positional Weight atau Hegelson and Birine
b.    Kilbridge`s and Waste atau Region Approach
c.    Large Candidate Rule
d.   Al  Arcu`s
2.        Metode analitik atau matematis
Metode penggambaran dunia nyata melalui simbol-simbol matematis  berupa persamaan dan pertidaksamaan.
3.        Metode simulasi
Metode simulasi merupakan metode yang meniru tingkah laku sistem dengan mempelajari interaksi komponen-komponennya karena tidak memerlukan fungsi-fungsi matematis secara eksplisit untuk merelasikan variabel-variabel sistem, maka model-model simulasi ini dapat digunakan untuk memecahkan sistem kompleks yang tidak dapat diselesaikan secara matematis. Metode-metode simulasi yang digunakan untuk pemecahan masalah line balancing, yaitu:
a.    CALB (Computer Assembly Line Balancing or Computer Aided Line Balancing)
b.    ALPACA (Assembly Line Balancing and Control Activity)
c.    COMSAL (Computer Method or Saumming Operation for Assemble)
Terdapat beberapa istilah yang biasa digunakan dalam keseimbangan lini. Berikut ini adalah beberapa istilah yang digunakan dalam keseimbangan lini yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.        Precedence diagram
Precedence diagram merupakan gambaran secara grafis dari urutan operasi kerja, serta ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya mempermudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya.
2.        Perakitan produk (assemble product)
Perakitan produk adalah produk yang melewati urutan stasiun kerja dimana tiap stasiun kerja memberikan proses tertentu hingga selesai menjadi produk akhir pada perakitan akhir.
3.        Elemen kerja (work element)
Work element atau elemen kerja merupakan bagian dari seluruh proses perakitan yang dilakukan.
4.        Waktu operasi
Waktu operasi adalah waktu standar untuk menyelesaikan suatu operasi.
5.        Waktu siklus (CT)
Waktu siklus merupakan waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit produk per satu stasiun. Apabila waktu produksi dan target produksi telah ditentukan, maka waktu siklus dapat diketahui dari hasil bagi waktu produksi dan target produksi.
6.        Stasiun kerja (work station)
Stasiun kerja adalah tempat pada lini perakitan dimana proses perakitan dilakukan. Jumlah stasiun kerja efisien dapat ditetapkan dengan rumus berikut:
7.        Efisiensi stasiun kerja
Efisiensi work station digunakan untuk mengetahui persentase perbandingan antara total waktu dalam work station dengan cycle time. Berikut ini rumus yang digunakan (Binus, 2015).
6.    Waktu stasiun kerja (ST)
Waktu stasiun kerja adalah jumlah waktu dari elemen kerja yang dilakukan pada suatu stasiun kerja yang sama.
8.        Waktu Menganggur (Idle Time)
Waktu menganggur atau idle time merupakan selisih (perbedaan) antara waktu siklus (CT) dan waktu stasiun kerja (ST).
9.        Efisiensi lintasan produksi (line efficiency)
Line efficiency adalah rasio dari total waktu di stasiun kerja dibagi dengan waktu siklus dikalikan jumlah stasiun kerja. Berikut ini merupakan rumus yang diterapkan
10.    Balance delay
Balance delay digunakan untuk mengetahui seberapa besar waktu menganggur dalam suatu lintasan produk. Berikut ini rumus yang digunakan.
11.    Indeks penghalusan (smoothness Index)
Indeks penghalusan adalah suatu indeks yang menunjukan kelancaran relatif dari penyeimbangan lini perakitan tertentu. Berikut adalah rumus untuk menghitung indeks penghalusan.
12.    Keluaran produksi
Output produksi adalah jumlah waktu efektif yang tersedia dalam suatu periode dibagi dengan waktu siklus.


Kewirausahaan

Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship) atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.

Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Richard Cantillon (1775), misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment. Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian. Berbeda dengan para ahli lainnya, menurut Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya dan menurut Peter Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan. Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.

Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenadengan ondernemer, di Jerman dikenal denganunternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan. DI Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.

Dalam kewirausahaan, disepakati adanya tiga jenis perilaku yaitu memulai inisiatif, mengorganisasi dan mereorganisasi mekanisme sosial atau ekonomi untuk merubah sumber daya dan situasi dengan cara praktis, dan diterimanya resiko atau kegagalan. Para wirausahawan dunia modern muncul pertama kali di Inggris pada masa revolusi industri akhir abad ke-18. Wirausahawan revolusi inggris menunjukkan kunci penting dalam membangun kepribadian yaitu semangat inovasi. Wirausahawan umumnya memiliki sifat yang sama. Menurut McClelland, wirausahawan memiliki karakteristik seperti berikut ini:
1.   Keinginan untuk berprestasi, penggerak psikologis utama yang memotivasi wirausahawan adalah kebutuhan untuk berprestasi.
2.   Keinginan untuk bertanggung jawab, wirausahawan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi pencapaian tujuan.
3.   Preferensi kepada resiko-resiko menengah, wirausahawan menetapkan tujuan-tujuan yang membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi.
4.   Persepsi kepada kemungkinan berhasil, keyakinan pada kemampuan untuk mencapai suatu keberhasilan adalah kualitas kepribadian wirausahawan yang penting.
5.   Rangsangan oleh umpan balik, wirausahawan ingin mengetahui bagaimana hal yang mereka kerjakan.
6.   Aktivitas energik, wirausahawan menunjukkan energi yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata orang.
7.   Orientasi ke masa depan, wirausahawan melakukan perencanaan dan berpikir ke depan.
8.   Keterampilan dalam pengorganisasian, wirausahawan menujukkan ketrampilan dalam mengorganisasi kerja dan orang-orang dalam mencapai tujuan.
9.   Sikap terhadap uang, keuntungan finansial merupakan nomor dua dibandingkan prestasi kerja mereka.
Peluang usaha baru akan mendatangkan berbagai jenis resiko. Mereka yang ingin memulai bisnis baru bisa menilai tingkat n Ach mereka. Karakteristik wirausahawan sukses dengan n Ach tinggi akan memberikan pedoman bagi analisa diri sendiri. Berikut ini adalah karateristiknya:
1.   Kemampuan inovatif
2.   Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity)
3.   Keinginan untuk berprestasi
4.   Kemampuan perencanaan realistis
5.   Kepemimpinan terorientasi kepada tujuan
6.   Obyektivitas
7.   Tanggung jawab pribadi
8.   Kemampuan beradaptasi
9.   Kemampuan sebagai pengorganisasi dan administrator
McClelland mengemukakan tiga kebutuhan dasar yang mempengaruhi pencapaian tujuan ekonomi. Kebutuhan yang pertama adalah kebutuhan untuk berprestasi (n Ach) yaitu motivasi untuk berprestasi, karena itu karyawan akan berusaha mencapai prestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Kebutuhan yang kedua adalah kebutuhan untuk berafiliasi (n Afill) yaitu kebutuhan untuk berhubungan hangat dan bersahabat dengan orang lain. Kebutuhan yang ketiga yaitu kebutuhan untuk berkuasa (n Pow) yaitu kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain.
Keingintahuan dan minat pada apa yang terjadi didunia merangsang orientasi eksternal. Para wirausahawan menelusuri banyak sumber gagasan. Sumber gagasan baru tersebut adalah sebagai berikut:
1.   Konsumen. Wirausahawan selalu memperhatikan apa yang menjadi keinginan konsumen, Sebagai contoh konsumen merupakan orang yang menggunakan produk celana jeans.
2.   Perusahaan yang sudah ada. PT. X memproduksi celana jeans terlebih dahulu, sehingga wirausahawan harus memperhatikan dan mengevaluasi produk tersebut.
3.   Saluran distribusi. Sumber gagasan baru yang sangat baik karena kedekatan mereka dengan kebutuhan pasar. Saluran distribusi di sini seperti toko-toko sebagai distributor atau yang menjual secara langsung produk celana jeans tersebut.
4.   Pemerintah. Pemerintah merupakan sumber pengembangan gagasan baru dengan memberikan hak paten dan juga peraturan-peraturan.
5.   Penelitian dan pengembangan. Hal ini sering menghasilkan gagasan produk baru atau perbaikan produk yang sudah ada.
Pada awal pertumbuhan, wirausahawan ingin mengetahui kapan keuntungan akan tercapai untuk mengetahui potensi finansial bagi usaha pemula. Analisa pulang-pokok adalah teknik untuk menentukan seberapa banyak satuan yang harus dijual atau seberapa banyak volume penjualan yang harus dicapai agar tercapainya posisi tidak rugi dan tidak untung. Berikut ini adalah unsur dasar dari analisa pulang-pokok:
1.   Biaya tetap, adalah pengeluaran yang diadakan oleh organisasi tanpa melihat jumlah produk yang dihasilkan.
2.   Biaya variabel, adalah pengeluaran yang berfluktuasi dengan jumlah produk yang dihasilkan.
3.   Biaya total, adalah jumlah total biaya tetap dan biaya variabel yang berkaitan dengan produksi.
4.   Pendapatan total, adalah semua nilai rupiah penjualan yang terakumulasi dari penjualan produk.
5.   Keuntungan, adalah jumlah pendapatan total yang melebihi biaya total yang dari produksi barang yang dijual.
6.   Kerugian, adalah jumlah biaya total produksi barang yang melebihi pendapatan total yang diperoleh dari penjualan barang tersebut.
7.   Titik pulang-pokok, adalah situasi dimana pendapatan total organisasi sama dengan biaya totalnya.
Terdapat tiga bentuk dasar dari organisasi perusahaan, dimana masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian. Jenis organisasi bisnis yang dipilih wirausahawan akan menentukan pola hubungan wirausahawan dengan berbagai badan pemerintah. Berikut ini adalah bentuk-bentuk dasar kepemilikan:
Pemilikan tunggal (firma) merupakan organisasi bisnis kecil paling umum. Perusahaan dimiliki dan dijalankan satu orang. Hanya memerlukan izin dan mendaftar untuk memulai usaha. Keuntungan : kewajiban hukum yang dipenuhi hanya sedikit dan tidak semahal bentuk kongsi atau perseroan, pemilik tidak membagi laba dengan siapapun, tidak perlu berkonstultasi dengan sesame pemilik atau rekanan sehingga memiliki kekuasaan membuat keputusan dan pengendalian sepenuhnya, pemilik dapat menanggapi kebutuhan-kebutuhan bisnis dengan cepat dalam bentuk keputusan manajemen sehari-hari, dan pemilikan tunggal biasanya bebas dari pengawas pemerintah dan perpajakan khusus. Kerugian : kewajiban dan tanggung jawab tidak terbatas atas seluruh utang perusahaan, modal yang tersedia jauh lebuh kecil dibandingkan organisasi bisnis lainnya, dan sukar mendapatkan pembiayaan jangka panjang dan sangat tergantung keterampilan pemilik menyebabkan perusahaan tidak stabil.

Kongsi merupakan asosiasi dari dua orang atau lebih, yang bertindak sebagai pemilik bersama dari sebuah bisnis. Ayat-ayat perjanjian dari kongsi biasanya dirumuskan untuk menentukan sumbangan masing-masing rekanan kepada bisnis. Keuntungan : formalitas hukum dan pengeluaran-pengeluaran lebih sedikit dibandingkan dengan persyaratan-persyaratan dalam pendirian perseroan, para rekanan termotivasi untuk menerapkan kemampuan terbaik karena ikut mendapatkan laba, lebih mudah mendapatkan modal besar dan memiliki ketarampilan yang lebih luas dibandingkan firma, dan pengambilan keputusan lebih luas dibandngan perseroan. Kerugian : terdapat kewajiban tak terbatas minimal bagi seorang rekanan, dapat berakhir kapan saja dan dapat dilanjutkan dengan membentuk kongsi baru, kongsi relatif lebih sukar untuk memperoleh modal dalam jumlah besar dibandingkan perseroan, dan rekanan merupakan agen bisnis itu dan tindakan mereka mengikat rekanan lain.

Perseroan merupakan jenis organisasi bisnis paling rumit. Biasanya dibentuk dengan kekuasaan dari sebuah badan pemerintah dan harus menurut hukum dagang, dan peraturan-peraturan pemerintah pusat maupun daerah. Keuntungan : kewajiban terbatas hanya dalam jumlah saham, kepemilikan dengan mudah dipindahkan keorang lain, memiliki ekstensi hukum yang terpisah, ekstensi perusahaan relative lebih stabil dan permanen sehingga perusahaan dapat berjalan melaksanaan usahanya, pendelegasian kekuasaan pada manajer professional, dan perseroan sanggup menggaji spesialis. Kerugian : kegiatannya dibatasi oleh akte pendirian sesuai hukum dan perundangan, banyak peraturan pemerintah yang harus diperhatikan, membutuhkan biaya yang besar dalam pendiriannya, dan pajak yang tinggi karena adanya berbagai instasi pemerintah.

Perusahaan yang go public biasanya memperoleh cara mudah untuk mendapatkan modal tambahan terutama utang. Tidak hanya pembiayaan hutang tetapi modal ekuitas masa depan lebih mudah diperoleh ketika diperoleh kenaikan harga saham. Keuntungan : diperolehnya modal ekuitas baru, diperoleh nilai dan kemampuan dialihkan dari aktiva organisasi, kemampuan untuk mendapatkan dana dimasa depan dengan relative lebih mudah, dan mendapatkan prestise. Kerugian : hilangnya fleksibilitas dan meningkatnya beban administrasi yang diakibatkannya.
Penyediaan sumber daya manusia yang semestinya adalah sangat penting bagi wirausahawan. Produktivitas semua organisasi kewirausahawan ditentukan oleh bagaimana sumber daya manusia berinteraksi dan bergabung untuk menggunakan sumber daya sistem manajemen. Untuk menyediakan sumber daya manusia yang tepat bagi organisasi kewirusahawan hendaknya mengikuti langkah-langkah berikut:
1.   Perekrutan
2.   Seleksi
3.   Pelatihan
4.   Penilaian hasil kerja
Langkah pokok kedua yang terlibat dalam penyediaan sumber daya manusia yang tepat bagi organisasi kewirausahawan adalah seleksi. Seleksi adalah pemilihan individu untuk disewa dari semua individu-individu yang telah direkrut. Berikut ini adalah tahap-tahap dari proses seleksi:
1.   Penyaringan pendahuluan dari rekaman, berkas data, dan lain-lain
2.  Wawancara pendahuluan
3.  Tes kecerdasan
4.  Tes bakat
5.  Tes kepribadian
6.   Rujukan prestasi
7.  Wawancara dianostik
8.   Pemeriksaan kesehatan
9.   Penilaian pribadi